Sejarah Masjid Agung Bandung

7 September 2015

Bandung

Sejarah Masjid Agung Bandung – Masjid Agung Bandung pada tahun 1875 lebih dikenal dengan sebutan BALE – NYUNGCUNG (Dlm Bhs Sunda = Runcing). Yang akhirnya dari masjid AGUNG dirubah jadi masjid RAYA.

Masjid Agung didirikan bersamaan dengan pembangunan Pendopo Kabupaten Bandung di selatan Alun-alun yang diresmikan pada tanggal 25 September 1810. Hingga saat ini telah mengalami empat kali renovasi besar.

Sejarah Masjid Agung Bandung

baca juga: Sejarah Gereja Katedral St Petrus – Bandung

Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana. Tiang-tiangnya terbuat dari kayu dengan dinding anyaman bambu. Atapnya pun terbuat dari rumbia.

  • PERUBAHAN 1: Setelah kebakaran 1925. Masjid dibangun kembali dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu.
  • PERUBAHAN 2: Atas prakasa dan bantuan dari R.A.Wiranatakoesoemah IV atau Dalem Bintang; Masjid Agung pada tahun 1850 dirombak dan dilengkapi pagar tembok bermotif sisik ikan yang merupakan gaya ornamen khas Priangan.
  • PERUBAHAN 3: Perombakan berikutnya terjadi pada tahun 1955. Perombakan ini dilaksanakan atas gagasan maupun rancangan dari Sukarno. Dimana kubahnya berbentuk NYUNGJUNG dirubah menjadi bentuk Bawang segi empat. Perubahan kubah ini hanya bertahan 15 tahun, karena rusak diterjang angin dll. Dan sejak saat itu pula bukan Bale NYUNGCUNG (Runcing) lagi. Dengan ini hilang pulalah ciri khas kebudayan Sunda.
  • PERBUBAHAN 4: Atas keputusan dari Gubenur Jabar pada tahun 1973. Masjid dirombak kembali secara besar-besaran. Di depan masjid dibangung menara baru dengan ornamen Logagam berbentuk Buat seperti Bawang dan atap Kubah Masjid berbentuk Joglo.

Pertanyaan: Kenapa kebanyakan Masjid Besar selalu berada di Pusat Kota? Jika kita menengok pada sejarah Islam, boleh jadi ungkapan bahwa agama Islam adalah agama `URBAN` barangkali ada benarnya. Terbukti hadirnya pun di `KOTA` Mekah dan bahkan semakin berkembang pesat di `KOTA` Medinah. Secara leksikal Madinah berarti `kota`.

Dulu yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pertama kali ketika hijrah ke Madinah adalah membangun Masjid. Keberadaan masjid di tengah-tengah kawasan komersial ini diharapkan mampu memberikan ciri dan symbol religiusitas secara fisik

Intelektual Muslim Nurcholish Madjid dalam Islam, Doktrin, dan Peradaban (1992), menyebutkan Madinah berarti pula sebagai peradaban (madaniyah, tamaddun, civilization), pola di suatu tempat (hadlarah, sedentary), dan pola budaya masyarakat (tsaqofah, culture).

Filsafat pemikiran yang indah lainnya adalah: Dalam tampilan dan ekspresi masjid di tengah-tengah makin padatnya aktifitas bisnis seperti itu. Masjid agung memang seperti ibarat seorang SUFI yang hendak mengucilkan diri karena khawatir akan dosa dan godaan-godaan dunia.

Di tengah-tengah situasi itu, dan melalui suara adzan yang merdu menyusup lembut di antara hiruk-pikuk itu, hamba Allah berhenti sejenak melepaskan segala kepenatan, kebisingan, persaingan, dan segala hal yang bersifat duniawi untuk bersujud di hadapan-Nya.

Masjid Agung ini bisa menjadi OASE di tengah-tengah kawasan tersebut. Oase ini bisa berarti Oase Psikologis, Fikiran, bahkan juga Oase Fisik.

Di tengah-tengah situasi itu, dan melalui suara adzan yang merdu menyusup lembut di antara hiruk-pikuk itu, hamba Allah berhenti sejenak melepaskan segala kepenatan, kebisingan, persaingan, dan segala hal yang bersifat duniawi untuk bersujud di hadapan-Nya.

Masjid Agung Bandung sebagai pusat ORIENTASI. Masjid agung yang dibangun sesuai dengan arah orientasi yang benar yakni ke arah Kiblat. Menjadikan masjid ini bisa menjadi petunjuk arah orientasi secara fisik bagi bangunan, ruang kawasan hingga kota.

Ketika seseorang kehilangan arah orientasi di dalam kota karena terdapat banyaknya gedung-gedung tinggi dalam kawasan bisnis ini. Maka masjid mampu menunjukkan dan menjelaskan melalui arah orientasinya. Hal ini disebabkan karena masjid berbeda dengan bangunan religius lainnya, masjid memiliki pedoman yang menyebabkannya harus berorientasi pada satu arah yakni Kiblat (Ka`bah).

Kesemuanya peran itu menjadikan Masjid Agung Bandung jelas memiliki peran yang sangat strategis bagi kawasan pusat kota khususnya, dan seluruh Kota Bandung beserta penduduknya pada umumnya. Maka tak ada pilihan lain baginya kecuali jadikan ia LANDMARMARK kawasan tersebut. Optimalkan peran-peran yang dimungkinkannya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mampu meningkatkan Siar dan Ciri Religius Kota Bandung!

Sejarah Masjid Agung Bandung

Sejarah Masjid Agung Bandung

5 artikel terakhir di blog annunaki

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Sejarah Masjid Agung Bandung

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: