Sejarah dan Filsafat Alun-Alun Bandung

10 September 2015

Bandung

Sejarah dan Filsafat Alun-Alun Bandung – Setiap Opsir Belanda yang mau berkunung ke Keraton, Kabupaten ataupun Kawedanan pada umunnya selalu dianter oleh Pejabat lLokal naik Kereta/Bendi. Begitu mendekati lokasi sang Pejabat Lokal selalu berteriak ALON-ALON (perlahan dalam bahasa Jawa) kepada sang Kusir.

Mengingat Opsir Belanda tidak bisa mengingat nama lokasi dalam bhs Jawa. Maka lokasi tersebut dinamakan oleh Opsir Belanda ini ALOON-ALOON. Nama iniah yang akhirnya menjadi kata ALUN-ALUN sekarang ini. Di Blitar maupun Ponorogo hingga saat ini; mereka masih menamakannya Aloon-aloon.Jadi kata ALUN-ALUN itu sebenarnya adalah kata ALON-ALON yang diserap dalam Lafal orang Belanda.

Alun-alun adalah sepetak tanah SEGI EMPAT ditengah kota. Maka dari itu apabila kata ALUN diterjemahkan ke dalam bahasa asing; menjadi SQUARE atau QUADRADO.

Berdasarkan filsafat tata ruang Jawa yang luhur. Alun-alun harus dibangun dengan konsep CATUR SAGOTRA atau CATURK GATRA TUNGGAL yang bisa diartikan; EMPAT ELEMEN dalam SATU Unit Area.

Dimana harus ada KRATON, MASJID, PENJARA maupun PASAR di lokasi tersebut. Di Alun-alun Bandung pun ditata dengan Fisalat CATUR SAGOTRA. Di situ ada KABUPANTEN, MESJID, PENJARA (Banceuy) dan PASAR. Tata letak seperti ini juga dikenal dengan nama Arsitektur Tembok Keliling (Omwallingarsitektur).

Penduduk Bandoeng tempo doeloe walaupun belum ada Bioskop. Mereka bisa menyaksikan tontonan sadis ialah orang yang dihukum Gantung. Hukuman gantung ini bisa disaksikan di Alun-alun tepatnya dimana Bioskop Dian berdiri sekarang ini.

Pendopo di Kabupaten Bandung merupakan bangunan berarsitektur tradisional Jawa. beratap Joglo Tumpang Tiga. Dibangun pada tahun 1850 sebagai tempat kediaman resmi Bupati Wiranatakusumah II (1810 M). Arah hadap pendopo ke arah utara kota Bandung sebagai penghormatan kepada gunung-gunung maupun tentang kesucian dari Gunung.

Di dalam Pendopo ada Ruang Arab adalah ruangan yang banyak dihias dengan lukisan kaligrafi. Disamping itu dilengkapi dengan tempat pemeliharaan ikan yang cukup luas sehingga penduduk setempat menamakannya BALONG GEDE (kolam besar). Lahan kabupaten cukup luas. Nama jalan dibelakang kabupaten adalah Jl. Pungkur (Pengker) = Belakang dalam bahasa Sunda.

Bagi umat Islam pohon kurma adalah pohon Suci seperti juga pohon Bodi bagi umat Buddha. Sedangkan bagi umat Hindu yang disebut pohon suci adalah Pohon Beringin (WARINGIN). Maka dari itu disetiap alun-alun selalu ditanam pohon beringin. Bagi umat Hindu daun pohon beringin dianggap suci.

Salah satu pohon beringin ditanam pada tanggal 18 September 1898 untuk memperingati pelantikan Ratu Belanda Wihelmina. Pohon ini dinamakan Wihelmina Boom (pohon). Pohon beringin kedua ditanam 1909 ketika Ratu Juliana naik tahta menggantikan ibunya pohon inipun dinamakan sebagai Juliana Boom.

Di setiap Alun-alun minumum harus ditanam dua pohon beringin besar yang dikurungi. Kedua pohon beringin ini sama perti juga SONGSONG (Payung) Kerajaan. Payung yang melambangkan keperkasaan maupun kekuasaan.

Believer it or not! Pada tahun 1942 kedua pohon beringin yang usianya sudah setengah abad ini mati dengan sendirinya. Seperti juga melambangkan matinya KEKUASAAN KOLONI BELANDA di Nusantara.

Taman di London – Hyde Park, New York – Central Park, Singapore Bontanic Gaden, Kuala Lumpur – Lake Garden, Bangkok – Rama IX. Taman yang indah-indah dan serba HIJAU merupakan jantung hati hijau di kota-kota tersebut

UNTUNG Bandung juga tidak kalah! Kita punya Alun-alun LAHAN HIJAU seluas 22 ribu meter persegi. Hanya sayangnya LAHAN KRESEK. Maklum Rumput Hijaunya pun terdiri dari Rumput PLASTIK semua! Sungguh menyedihkan…

alun alun bandung

5 artikel terakhir di blog annunaki

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Sejarah dan Filsafat Alun-Alun Bandung

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: